Belajar
di SMA di Indonesia, setahun libur cuma 7 minggu gak lebih.. Masuk jam 06.30
keluar jam 15.00. Mata pelajaran kurang lebih 16 untuk umum, 27 untuk
pesantren. Ujian mulu sampe ujian final aja 4 kali. Apalagi ditambah pr-pr dan
tugas yang seringkali bikin kita rasanya mau mati.
Nah,
pas lulus, sujud syukur bgt deh bisa masuk ptn (just ptn, bukan UI ITB aja udh
seneng bgt) gak kebayang masuk univ fovorit dunia kyk Harvard, Cambridge, MIT,
London, Free Berlin, atau University of Tokyo.. Jangankan itu, masuk NUS
Singapore atau Nanyang atau Universiti Malaysia aja pasti putus asa duluan deh.
Itupun dapetin ptn susahnya minta ampun, mesti les sana sini dgn biaya jutaan,
belajar mati-matian pergi pagi pulang malem udah kayak Bang Toyib (mending Bang
Toyib pulang-pulang bawa duit). Sabtu pun belajar, minggu ngerjain PR.
Sampe-sampe gak sadar mereka itu manusia atau robot.
Pas
kerja, interview sana-sini gak dapet-dapet bahkan untuk beberapa lulusan UI,
ITB, UGM, dan ptn-ptn lainnya. Sedangkan kalau orang bule yang ngelamar
langsung cus deh. Mereka dengan mudahnya nempatin posisi2 teratas spt CEO, Kadiv,
dll. Sementara kita, jadi manager atau supervisor aja udah syukur-syukur deh..
walau ada beberapa yang bakal jadi petinggi juga.
Pas
baca koran dan browsing di internet, ternyata kita sadar yang punya
perusahaan-perusahaan multinasional itu bukan orang Indonesia. Orang Indonesia
paling-paling cuma jadi Direktur Regional Indonesia atau mujur-mujur bagian
ASEAN. Gak jarang juga yang menduduki jabatan itu malah orang asing. Atau lebih
mujur lagi yang diriin sendiri perusahaannya, tapi yang seperti ini paling juga
sukses di Indonesia doang..
Pasti
iri dong sama orang-orang asing dari Amrik, Jerman, Inggris, Jepang, Korea,
dll..
Kok
mereka bisa sukses sih? Kok bisa jadi adidaya? Padahal anak-anak Indonesia
sering bulak-balik bawa medali olimpiade sains internasional. Padahal... (baca
paragraf pertama sebagai perbandingan) saya punya temen dari Amerika, sekarang
sudah jadi direktur perusahaan multinasional terkenal. Katanya..
Di
SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, banyak liburnya.. setahun kurang lebih
5bulan.
Di
SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, masuk jam 08.30 keluar jam 15.50.
Di
SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, mapel hanya ada 7
Di
SMA beliau dan SMA-SMA lainnya di Amrik, ujian final setahun cuma sekali. Gak
pernah dia dapet ulangan tengah semester atau ulangan semester.
Kok
bisa sih mereka semua jadi pemimpin-pemimpin dunia? Padahal di Indonesia,
belajar sudah paling lama, mata pelajaran sudah paling lengkap, PR dan tugasnya
sudah paling meribetkan, dan ujian sudah paling sering, Les pun sudah paling
rajin.
Jawabannya
ada pada sistem pendidikan dan diri kita sendiri.
Dulu
saat TK dan SD kita semua lancar menjawab saat ditanya apa cita-cita kita. Tapi
sekarang? Pasti kita jumpai banyak sekali remaja-remaja yang justru bingung
akan cita-cita mereka bahkan tidak jarang bagi mereka yang pintar juga bingun
atau ragu dengan cita-cita mereka. Apa sebabnya? Bisa jadi karena sistem
pendidikan kita yang salah. Sistem kita menuntut kita untuk mempelajari
semuanya namun tidak mendalami satu pun. Inilah yang membuat mereka yang
mengejar nilai bingung akan cita-citanya karena sudah dibentuk sejak awal tidak
mempunyai tujuan, sudah dibentuk tidak mendalami apa yang mereka cita-citakan.
Apa yg
mereka dapatkan dari sekolah yaitu sukses hanya dengan sebuah kertas ujian and
just reading your book to be success. Padahal kalau sudah kerja, biar sukses
harus melakukan hal-hal kompleks spt kemampua berkomunikasi, kemampuan
membentuk ide, dll.
Apa
yg mereka dapatkan dari sekolah adalah materi yang akan mereka lupakan karena
tidak terpakai saat mereka bekerja. Apakah seorang atlet sepakbola yg sukses
perlu mempelajari strukur sel bakteri utk menjadi sukses? Apakah seorang dokter
ahli bedah yg sukses perlu belajar menghitung percepatan setripetal agar
menjadi sukses? Justru sebaliknya, mereka yang ingin sukses sebagai arsitek
seharusnya lebih mendalami ilmu fisika dan bangunan, bukannya malah mendalami
sebab revolusi Prancis, dll. Lah ini kok kita ingin bangun rumah kok dikasihnya
malah pensil, penghapus, rautan atau istilahnya kita mau ngapain kok gadapet
apa yg kita butuhkan malah dapetnya hal yang gadibutuhi. Ya pasti dubuang.
Back
to the topic, teman saya bilang yang membedakan SMA di Amrik dan di Indonesia
yaitu sejak SMP, siswa/i di Amerika disuruh menentukan keputusannya sendiri.
Dengan sistem moving class, istilahnya kita boleh memilih ingin masuk ke kelas
Fisika atau Biologi pada jam ini. Atau ingin masuk ke kelas Sejarah atau
Matematika pada jam selanjutnya. Jadi disesuaikan dengan minat bakat kita mau
itu kita hanya masuker ke kelas Sejarah 1x pertemuan seminggu atau 3x atau
lebih itu tergantung keputusan kita. Jadi apabila ingin jadi dokter yg sukses
ya kita bisa ambil kelas biologi lebih sering dari kelas mata pelajaran
lainnya. Sehingga, sejak SMP orang Amrik sudah terfokus pada bidang yang mereka
inginkan untuk kerja di dalamnya. Dan saat kerja mereka sudah punya persiapan
sejak kecil.
Maka
dari itu ayo benahi sistem pendidikan kita dan mulailah fokus terhadap apa yang
dicita-citakan mulai dari sekarang kalau kita semua mau Indonesia merdeka
secara ekonomi!